Rabu, 29 Juni 2016

BIOGRAFI SESEPUH DAN MANTAN PANGDAM VI/SILIWANGI DAN MANTAN PANGKOSTRAD LETJEN TNI HIMAWAN SOETANTO - MENJADI TNI.



BUKU SEJARAH SILIWANGI DAN BIOGRAFI TOKOH/SESEPUH SILIWANGI; MANTAN DANYON 330/KUJANG I SILIWANGI; MANTAN KOMANDAN BRIGIF 17 LINTAS UDARA / SILIWANGI; MANTAN PANGDAM IV/SRIWIJAYA; MANTAN KOMANDAN BRIGADE PASUKAN DARURAT PBB DI SUEZ - MESIR; MANTAN PANGLIMA KOSTRAD; MANTAN PANGLIMA KODAM VI/SILIWANGI; MANTAN PANGLIMA KOSTRANAS; MANTAN PANGKOWILHAN III SULAWESI- KALTIM; KEPALA STAF UMUM ABRI; MANTAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA, " HIMAWAN SOETANTO - MENJADI TNI ", KARYA DAUD SINJAL DAN ATMAJI SUMARKIDJO.





Buku ini memaparkan riwayat  hidup Letnan Jenderal TNI (Purn) Himawan Soetanto, seorang prajurit pejuang kemerdekaan dan tokoh intelektual TNI-AD, beliau  mengisahkan   pengalaman, keterlibatan, peranan serta kesaksiannya   dalam berbagai peristiwa bersejarah di Tanah air, terutama yang berhubungan dengan Sejarah Siliwangi.

Himawan Soetanto lahir keluarga priyayi di Gorang Gareng, Magetan 14 September 1929, sang ayah Mohamad Mangoendiprodjo adalah seorang pangrehpraja, yang pernah menjabat sebagai Mantri Polisi, Wakil Kepala Jaksa, Asisten Wedana di Jombang, pada masa awal kemerdekaan Mohamad berpangkat Mayor Jenderal TKR, Ketua Dewan Pertahanan Rakyat Indonesia (DPRI) Surabaya dan Kepala Staf Kementerian Pertahanan.

Buku ini juga memaparkan  kebrutalan petualang perang (Mungkin Lebih Tepat Penjahat Perang)  Mayor Sabarudin, Komandan Polisi TKR Sidoarjo yang sering menyeleweng dari garis perjuangan termasuk menculik dan membunuh saingan ataupun atasannya sendiri, dan Mohamad pernah merasakan kekejamannya, bahkan nyaris meninggal dunia, karena disiksa. Namun akhirnya petualangan liar Sabarudin berhasil diakhiri, ia ditangkap dan dilucuti oleh Pasukan Perjuangan Polisi pimpinan Mohamad Yasin (Bapak Brigade Mobil /BRIMOB Indonesia).

Sedari kecil Himawan sudah memiliki rasa cinta tanah air dan ia mewujudkannya dengan bergabung dalam Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI), saat pertempuran Surabaya, Himawan sudah bergabung dengan Pasukan Pelajar Gerilya dengan nama " PASUKAN SAWUNGGALING ". Himawan kemudian masuk Sekolah Opsir Surabaya di Mojoagung dan lulus dengan pangkat Letnan Muda, namun kemudian melanjutkan ke Militer Akademi Yogyakarta dan harus kembali mengulang dengan pangkat Kopral Kadet, di M.A. ini Himawan bergabung dengan Wiyogo Atmodarminto, Soesilo Soedarman (Yang kelak menjadi adik iparnya) dan Sayidiman Soerjohadiprodjo.

Menjelang pengumuman kelulusan mereka dari M.A. terjadilah peristiwa Pemberontakan PKI Madiun/Musso 1948, saat itulah Himawan dan rekan-rekannya bergabung dengan kesatuan-kesatuan Siliwangi yang sedang hijrah ke Yogyakarta untuk menumpas PKI Madiun.
Pada tanggal 28 Nopember 1948, Presiden Soekarno melantik 198 orang Perwira Remaja angkatan pertama Militer Akademi / M.A. dan Himawan termasuk salah satunya. Segera setelah itu mereka ditempatkan dan disebar ke berbagai kesatuan. SEBAGAI TAMATAN HANYA DENGAN NO. URUT 70, Himawan tidak berhak untuk memilih kesatuan (Hanya 10 lulusan terbaik yang berhak memilih) DAN HIMAWAN MENDAPAT PENUGASAN SEBAGAI PERWIRA ARTILERI di Kediri. NAMUN TERNYATA JALAN HIDUPNYA BERKEHENDAK LAIN, di hari keberangkatannya, Minggu tanggal 19 Desember 1948, ternyata Belanda melancarkan Agresi Militernya yang ke-2, yang menyebabkan kekacauan, saat itulah Himawan bertemu dengan Letnan Kolonel Sukanda Bratamenggala Wakil Kepala Staf Teritorial Markas Besar Komando Djawa (MBKD) yang memerintakannya untuk bergabung sebagai Staf MBKD, lalu ikut bergabung dengan Divisi siliwangi yang sedang melaksanakan longmarch kembali memasuki daerah Jawa Barat.

Dalam penugasannya ini Himawan ditempatkan di bawah komando Batalyon Nasuhi. Sejak saat itu  jalan hidupnya berubah total, di luar keinginannya hampir setengah dari pengabdiannya sebagai prajurit TNI  dilalui bersama Divisi  Siliwangi, hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di Siliwangi, yaitu Panglima Kodam VI/Siliwangi.
Selama  perjalanan Long March menuju  Jawa Barat ini Siliwangi  harus berkali-kali bertempur menghadapi dpasukan Belanda, sekaligus menumpas gerakan DI/TII Kartosuwiryo.

Setelah pengakuan kedaulatan, Himawan bertugas di Sungailiat, Bangka dalam komando Tentara dan Teritorium II/Sriwijaya, namun beberapa kali diperbantukan dalam operasi penumpasan DI/TII Kartosuwiryo.
Karena memiliki keahlian dan kualifikasi Air Liaison Officer (ALO), maka Himawan ditugaskan untuk ikut dalam Gerakan Operasi Militer (GOM)  " Operasi 17 Agustus " ke Sumatera Baratuntuk menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA. Saat itu  Himawan berhasil dengan baik  memandu serangan gabungan  darat dan udara dengan memberikan  arahan yang tepat kepada pilot-pilot AURI dalam membombardir pertahanan PRRI, keberhasilannya ini membuat Kolonel Ahmad Yani terkesan .

Himawan kemudian berkesempatan mengikuti Kursus Lanjutan Perwira Infantri di Fort Benning, Amerika Serikat, selanjutnya dipercaya untuk bertugas di Komando Militer PBB (UNOC) di Leopoldville, Kongo.

Sekembalinya  dari Kongo, Himawan ditempatkan di Batalyon 330/Kujang I dengan tugas untuk menumpas  DI/TII Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, tugas selanjutnya adalah sebagai Kepala Staf Brigade 15/Tirtayasa Siliwangi  yang ditempatkan   di Dumai dalam rangka Konfrontasi dengan Malaysia (DWIKORA).
Karena prestasinya yang baik beliau kemudian diangkat sebagai Komandan Pertama Brigade Infantri Lintas Udara 17/KUJANG Siliwangi yang membawahi pasukan-pasukan pemukul berkualifilkasi Raiders/Para, yaitu Yon 330Para /Kujang I, Yon 328 Para / Kujang II dan Yon 305/Tengkorak, Di kemudian hari Brigade ini  ditingkatkan menjadi Brigade Tempur pertama dalam Komando Cadangan Strategis TNI-AD (KOSTRAD).
Selanjutnya beliau diangkat sebagai  sebagai Asisten Operasi Kodam VI/Siliwangi, Wakil Gubernur AKABRI, Pangdam IV/ Sriwijaya, selanjutnya beliau mendapat penugasan kehormatan, yaitu diangkat menjadi salah satu Komandan Brigade United Nations Emergency Forces (UNEF) di Kairo, Mesir.

Setelah itu karir Himawan semakin cemerlang, beliau dipercaya untuk memegang jabatan prestisius sebagai Panglima KOSTRAD, tak lama kemudian Himawan seperti pulang kampung, karena diangkat sebagai Panglima Kodam VI/Siliwangi, satuan legendaris yang turut dibesarkannya, karirnya meningkat lagi, dan kali ini dipercaya untuk menjabat  Panglima Komando Strategis Nasional (PANGKOSTRANAS), dalam kapasitasnya sebagai PANGKOSTRANAS inilah atas perintah Menhankam/PANGAB Jenderal M. Jusuf, Himawan sukses menggelar Latihan Gabungan (LATGAB) ABRI di Riau Daratan, Selat Malaka, Kepulauan Riau dan Laut Cina Selatan pada tahun 1980.

Tugas berikutnya  adalah sebagai Pangkowilhan III yang meliputi Sulawesi dan Kalimantan, dan akhir kariernya di dunia militer ditutup dengan jabatan Kepala Staf Umum (KASUM) ABRI. 
Lepas dari jabatan militer beliau mendapat kepercayaan sebagai Duta Besar RI di Malaysia, kemudian menjadi ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka drengan panggilan " KAK HIMAWAN ".



Di usia senjanya beliau tetap aktif di berbagai kegiatan, bahkan melanjutkan pendidikan hingga mencapai S-2 untuk bidang  Ilmu Sejarah disamping itu beliau juga dikenal sebagai penulis yang produktif  dalam menulis buku-buku sejarah terutama yang berhubungan dengan perjuangan Siliwangi, buku-buku karyanya antara lain :


** Madiun Dari Republik ke Republik.

** Serangan Jepang ke Hindia Belanda Pada Perang Dunia 2 - Perebutan Wilayah Nanjo.

** Rebut Kembali Madiun, Perintah Presiden Soekarno.

** Yogyakarta 19 Desember 1948, Jenderal Spoor Vs Jenderal Soedirman.

** Long March Siliwangi.


SEBAGAI CATATAN TAMBAHAN :
Ada guyonan di antara kawan-kawannya, bahwa Himawan Soetanto adalah salah seorang Jenderal yang beruntung yang pernah diserahi (5) lima kali tugas kePANGLIMAan, dan kawan-kawannya menganggapnya benar-benar PANG - LIMA (5)

Berikut adalah  Jabatan Panglima yang pernah dijabatnya :

1. Panglima KODAM IV/Sriwijaya

2. Panglima KOSTRAD.

3. Panglima KODAM VI/SILIWANGI.
4. Panglima Kostranas.
5. Panglima KOWILHAN III/Sulawesi-Kalimantan.

SPESIFIKASI :

- Buku bekas.

- Soft cover.- Masih bagus.- Halaman lengkap.- Dilengkapi dengan foto.- Penerbit Kata Hasta Pustaka.- CETAKAN PERTAMA, 2009.- 387 halaman.- Ukuran 15 x 23 cm.

HARGA @ Rp 350.000,-- (FIX), BELUM TERMASUK ONGKOS KIRIM.

UNTUK INFO LEBIH LANJUT SILAHKAN MENGHUBUNGI TREEHOUSE KULAMA 081586008604 (SMS / WA / LINE).

UNTUK MELIHAT KOLEKSI KAMI YANG LEBIH LENGKAP, SILAHKAN MENG "KLIK " SITUS-SITUS BERIKUT INI :

UNTUK MELIHAT KOLEKSI LENGKAP KAMI, SILAHKAN MENG "KLIK" SITUS BERIKUT: 

www.bukusejarah.com 
www.bukukoleksi.com 
www.bukujadul.com 
bukusejarahdanbiografi.blogspot.co.id 
bukumajalahjadul.blogspot.co.id 
bukug30spki1965.blogspot.co.id 
bukusejarahg30s.blogspot.co.id 
bukubudayajawa.blogspot.co.id 
bukubonsai.blogspot.co.id  
bukusastrapopuler.blogspot.co.id 
bukusiliwangi.blogspot.co.id 
integrasitimortimur.blogspot.co.id 
jualbukupenting.blogspot.co.id 
sepatukudabekas.blogspot.co.id
pasukankomando.blogspot.co.id

MAAF, KAMI TIDAK MELAYANI TRANSAKSI SECARA COD.